Minggu, 08 Mei 2011

konseling pada lanjut usia (lansia)


               Individu usia lanjut umumnya memiliki sikap yang lemah, baik lemah terhadap kondisi fisik maupun lemah menyesuaikan dengan lingkungannya. Yang perlu digaris bawahi disini adalah bahwa meraih usia panjang tidak hanya persoalan untuk menjaga fisik pada lansia, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mental seseorang dalam menyikapi rentang hidupnya. Seperti halnya usia lanjut disini mereka harus mampu menyikapi rentang hidupnya dengan berusaha memahami keadaan yang ada pada dirinya.
               Konseling yang dilakukan pada lansia bergantung pada tipe psikologis lansia yang akan dibagi menjadi lima tipe, antara lain (1) tipe kepribadian konstrukstif (construction personality), tipe ini tidak perlu konseling tetapi konselor dibutuhkan sebagai pendamping bagi yang membutuhkan, namun jika beliau masih memiliki anak dan pasangan hidup berarti ia sudah cukup memiliki pendamping sebaiknya jangan dipaksakan, (2) tipe kepribadian tergantung (dependent personality), disini konselor dapat membangkitkan keinginan konseli untuk berbuat sesuatu bagi orang lain atau mungkin memberikan penyuluhan tentang makanan yang sehat bagi lansia, sebab konseling disini berguna agar lansia memahami bahwa kemampuan dan pengalamannya masih bermanfaat bagi orang lain, (3) tipe kepribadian mandiri (independent personality), konselor bekerja dengan labih banyak mendengarkan sebelum perlahan mengubah persepsi lansia yang tidak suka menjadi tua dan pensiun, sehingga ia bisa menerima hal tersebut, (4) tipe kepribadian bermusuhan (hosility personality), tipe ini paling sulit didekati, mungkin konselor hanya berguna sebagai pendamping seperti pada tipe konstruktif, (5) tipe kepribadian kritik diri (self hate personality), konseling disini berguna untuk memberikan support bagi lansia, yang mana konseling bertujuan untuk menghilangkan persepsi yang negatif tentang diri konseli.
               Mencoba memberikan pelayanan yang tepat untuk lansia adalah salah satu cara untuk membantu lansia agar dapat menerima keadaannya yang sesungguhnya ia jalani, dengan begitu jika lansia dapat memahami dirinya maka ia akan berusaha untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi fisik, sosial-psikologisnya dengan tepat. Dengan memperlakukan lansia sesuai keinginannya hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa lansia perlahan-lahan akan lebih dapat menerima diri.
               Keadaan yang ada pada lansia cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan secara khusus, baik kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa. Oleh karena itu diperlukan penyuluhan kepada lansia agar dapat menerima keadaan dengan mencari sisi positif dari kemampuan dan pengalaman yang ada pada konseli (lansia), agar ia berpikir bahwa ia masih berguna dan dibutuhkan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar